Tak banyak orang tua yang mengetahui apa itu sindrom Reye, padahal penyakit ini bisa sangat berbahaya bagi anak. Kondisi ini ditandai dengan pembengkakan pada otak dan gangguan fungsi hati yang dapat berkembang dengan cepat.

Sindrom Reye biasanya muncul tiba-tiba setelah anak pulih dari flu atau cacar air, dan dapat menyebabkan gangguan serius pada otak maupun hati. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda dan gejala sindrom Reye agar dapat segera mencari pertolongan medis.

Apa itu Sindrom Reye?

Sindrom Reye (Reye’s Syndrome) adalah kondisi langka yang umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja. Penyakit ini dapat menyebabkan pembengkakan pada otak serta kerusakan hati yang berpotensi serius.

Secara medis, sindrom Reye terjadi ketika fungsi hati terganggu, sehingga organ ini tidak mampu menyaring zat beracun dari darah dengan baik, terutama amonia. Amonia merupakan hasil sampingan dari metabolisme protein yang seharusnya diolah dan dibuang oleh hati. Jika hati tidak berfungsi optimal, kadar amonia dalam darah akan meningkat dan menumpuk, sehingga dapat merusak jaringan tubuh, termasuk otak.

Sindrom Reye paling sering muncul pada anak-anak atau remaja yang baru saja mengalami infeksi virus seperti flu, cacar air, atau infeksi saluran pernapasan, terutama bila mereka mengonsumsi obat yang mengandung aspirin selama masa sakit tersebut.

Kondisi ini biasanya berkembang sekitar satu minggu setelah infeksi virus dimulai, tetapi dalam beberapa kasus dapat muncul antara 12 jam hingga tiga minggu setelah infeksi.

Baca Juga: Efektifkah Aspirin untuk Mengatasi Jerawat?

Gejala Sindrom Reye pada Anak

Gejala sindrom Reye biasanya muncul 5–7 hari setelah gejala awal infeksi virus. Tanda pertama yang sering kali tidak disadari adalah perubahan perilaku atau kondisi mental anak.

Misalnya, anak yang sebelumnya ceria tiba-tiba menjadi lesu, mudah marah, bingung, atau kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya disukai. Perubahan ini terjadi akibat peningkatan tekanan di dalam tengkorak karena pembengkakan otak.

Gejala lain yang dapat muncul meliputi:

• Muntah berulang tanpa alasan yang jelas
• Kelesuan atau kelelahan ekstrem
• Mengantuk terus-menerus
• Disorientasi atau kebingungan
• Kejang
• Kehilangan kesadaran hingga koma

Pada kasus yang berat, sindrom Reye dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak, gangguan saraf jangka panjang, bahkan kematian jika tidak segera ditangani.

Baca Juga: Benarkah Paracetamol dapat Memicu Gagal Ginjal pada Anak?

Hindari Memberi Aspirin pada Anak

Langkah paling efektif untuk mencegah sindrom Reye adalah tidak memberikan aspirin kepada anak di bawah usia 18 tahun, kecuali atas anjuran atau resep langsung dari dokter.

Aspirin (asam asetilsalisilat) merupakan obat yang umum digunakan untuk menurunkan demam, meredakan nyeri, dan mengatasi peradangan.

Namun, pada anak-anak yang sedang atau baru saja mengalami infeksi virus seperti flu, cacar air, atau infeksi saluran pernapasan, penggunaan aspirin dapat memicu sindrom Reye, yaitu kondisi serius yang menyebabkan pembengkakan otak dan gangguan fungsi hati.

Untuk menghindari risiko ini, selalu periksa label obat sebelum memberikannya kepada anak, dan konsultasikan dengan dokter jika ingin memberikan obat tertentu atau jika demam anak tidak membaik dalam tiga hari.

Jika memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai sindrom Reye, Anda bisa memanfaatkan layanan konsultasi kesehatan pada aplikasi Ai Care yang tersedia di App Store dan Play Store.

Mau tahu informasi seputar penyakit lainya? Cek di sini, yah!