Sebagian besar orang pernah mengalami sakit tenggorokan, yang ditandai dengan rasa nyeri, gatal, iritasi, atau nyeri saat menelan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi virus atau bakteri, alergi, serta paparan iritan seperti asap rokok dan polusi udara.
Sayangnya, masih banyak orang yang keliru dalam menangani sakit tenggorokan, salah satunya dengan langsung mengonsumsi antibiotik. Padahal, tidak semua sakit tenggorokan memerlukan antibiotik—terutama jika penyebabnya adalah virus, alergi, atau iritan. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat justru bisa menimbulkan risiko resistensi dan efek samping lainnya.
Penyebab Utama Sakit Tenggorokan
Sebagian besar kasus sakit tenggorokan disebabkan oleh infeksi virus, seperti yang terjadi saat pilek atau flu. Namun, ada juga berbagai penyebab lain yang dapat memicu sakit tenggorokan, di antaranya:
- Infeksi bakteri, seperti Streptococcus.
- Radang amandel (tonsilitis).
- Alergi, misalnya terhadap debu atau serbuk sari.
- Refluks asam lambung (GERD).
- Iritasi, akibat paparan asap rokok, polusi, atau bahan kimia.
- Penggunaan suara yang berlebihan, seperti berteriak atau berbicara terus-menerus.
- Bernapas melalui mulut, terutama saat tidur.
- Tumor, meskipun jarang, bisa menjadi penyebab sakit tenggorokan yang menetap.
Baca Juga: Minuman Ini Dapat Membantu Meredakan Sakit Tenggorokan
Mengapa Antibiotik Tidak Selalu Diperlukan?
Antibiotik tidak selalu dibutuhkan untuk mengobati sakit tenggorokan, karena obat ini hanya efektif melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Jika penyebabnya adalah virus, seperti pada pilek atau flu, penggunaan antibiotik tidak akan memberikan manfaat apa pun.
Sebaliknya, penggunaan antibiotik yang tidak tepat justru dapat menimbulkan berbagai efek negatif, seperti:
Resistensi antibiotik
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat memicu resistensi antibiotik, yaitu kondisi ketika bakteri mengalami perubahan yang membuat mereka kebal terhadap efek obat. Akibatnya, infeksi yang dulunya mudah diobati menjadi jauh lebih sulit ditangani.
Resistensi antibiotik kini menjadi ancaman serius bagi kesehatan global, karena dapat menyebabkan meningkatnya angka kesakitan, kematian, dan beban biaya pengobatan.
Beberapa penyebab umum resistensi antibiotik meliputi:
- Mengonsumsi antibiotik tanpa resep atau anjuran dokter.
- Menghentikan penggunaan antibiotik sebelum dosisnya habis.
- Menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi virus.
- Menggunakan antibiotik secara berlebihan atau tidak sesuai petunjuk.
Efek samping antibiotik
Mengonsumsi antibiotik secara sembarangan dan tidak sesuai kebutuhan dapat meningkatkan risiko berbagai efek samping, seperti mual, diare, reaksi alergi, hingga gangguan pada sistem pencernaan. Hal ini terjadi karena antibiotik dapat mengganggu keseimbangan flora usus, yaitu bakteri baik yang berperan penting dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan.
Biaya berlebihan
Konsumsi antibiotik tanpa indikasi medis hanya akan menambah pengeluaran yang tidak dibutuhkan.
Baca Juga: Sakit Tenggorokan Semakin Parah, Bisa Jadi Laringitis Penyebabnya
Kenali Ciri-Ciri Sakit Tenggorokan Akibat Virus
Agar tidak keliru dalam menggunakan antibiotik saat mengalami sakit tenggorokan, penting untuk mengenali ciri-ciri sakit tenggorokan yang disebabkan oleh virus. Beberapa tanda umumnya meliputi:
- Rasa sakit pada tenggorokan muncul secara bertahap, bukan tiba-tiba.
- Disertai gejala flu seperti hidung meler, batuk, dan suara serak.
- Tidak disertai demam tinggi.
- Tidak terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di leher.
- Kondisi biasanya membaik dalam 7–10 hari tanpa pengobatan khusus.
Kapan Harus ke Dokter dan Memerlukan Antibiotik?
Antibiotik hanya efektif digunakan jika sakit tenggorokan disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti Streptococcus. Untuk itu, penting mengetahui kapan harus memeriksakan diri ke dokter. Berikut beberapa tanda sakit tenggorokan yang mungkin memerlukan penanganan medis:
- Disertai demam tinggi (lebih dari 38,5°C).
- Rasa sakit di tenggorokan sangat parah dan muncul secara tiba-tiba.
- Tidak disertai gejala flu seperti batuk atau pilek.
- Muncul bintik putih atau nanah di amandel.
- Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di leher.
- Disertai ruam pada kulit.
Jika Anda mengalami gejala di atas atau ragu mengenai penyebab sakit tenggorokan yang dialami, jangan ragu untuk berkonsultasi langsung dengan dokter. Anda juga bisa menggunakan aplikasi Ai Care untuk mendapatkan saran medis yang cepat dan terpercaya, dengan mengunduhnya melalui App Store atau Play Store.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainya? Cek di sini, yah!
- dr Nadia Opmalina
Cleveland Clinic (2024). Sore Throat (Pharyngitis). Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/8274-sore-throat-pharyngitis
Mayo Clinic (2025). Sore throat. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sore-throat/diagnosis-treatment/drc-20351640
CDC (2024). Sore Throat Basics. Available from: https://www.cdc.gov/sore-throat/about/index.html
Cleveland Clinic (2023). Antibiotic Resistance. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/articles/21655-antibiotic-resistance
Cleveland Clinic (2023). Antibiotics. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/16386-antibiotics
Dan Brennan, MD. How Do I Know If My Sore Throat Is Viral or Bacterial?. Available from: https://www.medicinenet.com/how_do_i_know_my_sore_throat_is_viral_or_bacterial/article.htm