Gorengan menjadi pilihan favorit saat berbuka puasa karena rasanya yang gurih dan teksturnya yang renyah. Selain itu, harganya yang ekonomis dan mudah ditemukan juga menjadi daya tarik tersendiri. Namun, meskipun menggoda, mengonsumsi gorengan saat berbuka puasa sebaiknya dihindari.

Namun, mengonsumsi gorengan saat berbuka sebenarnya bukan kebiasaan yang sehat. Makanan yang digoreng dengan metode deep fried dan menggunakan minyak berulang, cenderung tinggi lemak dan sulit dicerna. Mengonsumsinya secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti rasa kembung, serta meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya.

Mengapa Harus Menghindari Gorengan Saat Berbuka Puasa?

Gorengan mengandung lemak trans, kalori tinggi, dan zat-zat yang bisa merugikan kesehatan tubuh. Mengonsumsinya saat berbuka puasa bisa memberikan dampak negatif, seperti masalah pencernaan dan memicu gangguan kesehatan lainnya.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa sebaiknya Anda tidak berbuka puasa dengan gorengan:

Memicu gangguan pencernaan

Setelah seharian berpuasa, sistem pencernaan masih dalam kondisi yang lambat karena tidak ada asupan makanan selama berjam-jam. Mengonsumsi gorengan yang tinggi lemak dapat membebani kerja lambung dan usus, serta meningkatkan risiko gangguan pencernaan seperti perut kembung, naiknya asam lambung, diare, atau sembelit.

Meningkatkan risiko kenaikan berat badan

Gorengan mengandung kalori yang sangat tinggi, dan banyak orang merasa tidak puas hanya dengan makan satu potong saja. Jika dikonsumsi dalam jumlah banyak setiap hari selama bulan Ramadan, risiko kenaikan berat badan akan semakin besar.

Selain itu, kandungan lemak trans dalam gorengan dapat mengganggu metabolisme tubuh dan menyebabkan penumpukan lemak, terutama di area perut. Penambahan berat badan pun sulit dihindari jika Anda memilih gorengan sebagai takjil berbuka puasa.

Baca Juga: Benarkah Makan Gorengan Bisa Bikin Jerawatan?

Meningkatkan risiko penyakit jantung

Konsumsi makanan berminyak dalam jumlah besar dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam darah. Lemak trans yang terkandung dalam minyak goreng yang digunakan berulang kali juga dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, yang pada akhirnya meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

Meningkatkan gula darah

Minyak yang digunakan berulang kali untuk menggoreng gorengan dapat menyebabkan peradangan dalam tubuh, yang berkontribusi pada peningkatan kadar gula darah.

Selain itu, tepung yang digunakan sebagai bahan utama gorengan memiliki indeks glikemik tinggi, yang dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah dengan cepat. Hal ini dapat berisiko bagi kesehatan, terutama bagi mereka yang memiliki masalah dengan kadar gula darah atau berisiko terkena diabetes.

Baca Juga: Cara Mengusir Bau Mulut saat Berpuasa Ramadan

Meningkatkan stres oksidatif

Makanan yang digoreng termasuk dalam kategori pro-oksidatif, yang berarti dapat meningkatkan stres oksidatif dalam tubuh. Stres oksidatif ini dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan, gangguan pada sistem kekebalan tubuh, serta meningkatkan risiko penyakit kronis dan peradangan jangka panjang.

Meskipun gorengan terasa lezat dan menggugah selera, mengonsumsinya secara berlebihan dapat memperburuk stres oksidatif, yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting untuk membatasi konsumsi gorengan agar kesehatan tubuh tetap terjaga.

Untuk menghindari risiko kesehatan yang disebutkan di atas, sebaiknya pilih makanan yang dikukus, direbus, atau dipanggang saat berbuka puasa. Jika Anda ingin tetap menikmati makanan dengan tekstur renyah, cobalah metode memasak yang lebih sehat, seperti memanggang di oven atau menggunakan air fryer.

Memiliki pertanyaan lain seputar menu makanan untuk berbuka puasa? Anda bisa memanfaatkan layanan konsultasi pada aplikasi Ai Care yang tersedia di App Store atau Play Store.

Mau tahu informasi seputar nutrisi, makanan dan tips diet lainnya? Cek di sini, ya!