Efek Samping Makan Sayur yang Perlu Diketahui

Efek Samping Makan Sayur yang Perlu Diketahui
Ilustrasi sayuran. Credit: Freepik

Bagikan :


Mengonsumsi sayur memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan. Dalam sehari orang dewasa dianjurkan mengonsumsi sayuran sebanyak 2,5 cangkir atau hingga 9 porsi. Namun, jumlah ini bervariasi berdasarkan usia dan jenis sayuran. Meski menyehatkan, mengonsumsi sayuran terlalu banyak dapat berdampak negatif bagi kesehatan. 

 

Efek Samping Makan Sayuran yang Perlu Diketahui

Sayur adalah sumber makanan yang kaya serat, mikronutrien, dan antioksidan. Rutin mengonsumsi sayuran dapat membantu menurunkan risiko kenaikan berat badan, penyakit jantung, serta diabetes tipe 2. Selain itu, sayuran juga tergolong aman dikonsumsi dalam berbagai jenis pola diet.

Namun, penting untuk memperhatikan jenis dan jumlah sayuran yang dikonsumsi. Beberapa orang dengan masalah kesehatan tertentu tidak dianjurkan makan sayuran dalam jumlah banyak. Berikut ini beberapa efek samping yang timbul akibat mengonsumsi sayuran terlalu banyak:

Memicu diare

Bagi Anda yang gemar berlari, mengonsumsi sayuran tepat sebelum lari sebaiknya dihindari. Sayuran yang tinggi serat bisa meningkatkan risiko runner’s trots, yaitu diare yang dipicu oleh aktivitas olahraga. Kondisi ini cukup umum terjadi pada pelari.

Diare saat berlari dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah konsumsi makanan tinggi serat seperti sayur. Untuk mencegahnya, Anda disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan yang bisa memicu diare, termasuk sayuran berserat tinggi, setidaknya 3 jam sebelum olahraga atau berlari.

Sebagai alternatif, Anda bisa mencoba berbagai jenis sayuran dan memperhatikan bagaimana tubuh bereaksi terhadap masing-masing jenisnya, terutama sebelum berolahraga.

Baca Juga: Sayur Hijau dengan Nutrisi Paling Tinggi, Apa Saja?Sayur Hijau dengan Nutrisi Paling Tinggi, Apa Saja?

Memicu gas dan kembung

Beberapa jenis sayuran dikenal dapat memicu gas dalam sistem pencernaan. Sayuran jenis cruciferous seperti brokoli, kembang kol, dan kubis, mengandung glukosinolat yang dapat melepaskan gas sulfur. Gas ini kemudian membuat perut terasa penuh, kencang ,dan menghasilkan kentut yang berbau. 

Jika Anda menggemari sayuran cruciferous, mengolah sayuran tersebut dengan memanggang, merebus, atau menumis dapat mengurangi potensinya dalam menimbulkan gas.  

Terlalu banyak karbohidrat bagi penderita diabetes

Sayuran bertepung seperti kentang, jagung, kacang-kacangan, dan labu, mengandung lebih banyak karbohidrat daripada sayuran non-tepung seperti sayuran hijau. Meskipun berbagai sayuran bertepung merupakan sumber serat dan protein yang baik, namun bagi pengidap diabetes, mengonsumsinya secara berlebihan dapat meningkatkan gula darah dan penambahan berat badan.

Untuk menjaga kadar gula darah, pengidap diabetes sebaiknya mengonsumsi sayuran non-tepung seperti bayam, kangkung, selada, brokoli, timun, dan zukini. Jenis sayuran tersebut rendah karbohidrat, namun tetap kaya akan serat, vitamin, dan mineral. 

Baca Juga: Sebelum Mencoba, Kenali Manfaat dan Risiko Diet Jus Buah dan Sayur

Memicu refluks asam 

Beberapa jenis sayuran seperti tomat, bawang bombay, bawang putih, dan olahannya dapat mengiritasi lapisan tenggorokan dan memicu terjadinya refluks asam lambung. Jika Anda mengalami refluks asam karena sayuran tersebut sebaiknya batasi konsumsinya. 

Memperparah sindrom iritasi usus besar

Bagi pengidap sindrom iritasi usus besar, sebaiknya menghindari jenis sayuran yang mengandung serat tinggi serta yang menyebabkan gas dan kembung. Sayuran yang direkomendasikan untuk pasien sindrom iritasi usus besar di anatranya wortel, kacang hijau, dan labu tanpa biji. 

Memicu penumpukan kalium pada pengidap penyakit ginjal

Pengidap penyakit ginjal perlu menjaga keseimbangan kadar kalium dalam tubuh. Ketika fungsi ginjal menurun, organ ini kesulitan membuang kelebihan kalium, sehingga kalium bisa menumpuk dalam darah. Kondisi ini berisiko memicu berbagai masalah kesehatan, seperti detak jantung tidak teratur, kelemahan otot, hingga serangan jantung.

Untuk membantu mengontrol kadar kalium, disarankan memilih sayuran yang rendah kalium. Beberapa contoh sayuran yang aman dikonsumsi antara lain paprika, mentimun, wortel, zukini, dan kacang hijau.

 

Mengonsumsi sayur memiliki berbagai manfaat bagi tubuh, namun beberapa jenis sayuran dapat memperparah kondisi penyakit tertentu. Jika Anda memiliki masalah pencernaan, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke ahli gizi atau nutrisionis mengenai jenis sayuran yang boleh dikonsumsi dan tidak.

Anda juga bisa memanfaatkan fitur konsultasi pada aplikasi Ai Care yang bisa diunduh melalui App Store dan Play Store

 

Mau tahu informasi seputar nutrisi, makanan dan tips diet lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : Ratih AI Care
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Senin, 21 April 2025 | 10:59

Ehsani, R. (2024). 10 Surprising Side Effects of Eating Vegetables. Available from: https://www.everydayhealth.com/diet-nutrition-pictures/health-reasons-not-to-eat-your-vegetables.aspx

Coyle, D. (2024). What's the Difference Between Starchy and Non-Starchy Vegetables?. Available from: https://www.healthline.com/nutrition/starchy-vs-non-starchy-vegetables

Woolley, E. (2025). Starchy Vegetables: Which to Eat and Avoid. Available from: https://www.verywellhealth.com/list-of-starchy-vegetables-1087454#

Kubala, J. (2024). The 20 Best Foods for People with Kidney Disease. Available from: https://www.healthline.com/nutrition/best-foods-for-kidneys

Lehman, Z. (2024). How Many Vegetables Should You Eat Every Day?. Available from: https://www.verywellfit.com/recommended-vegetable-servings-per-day-by-age-2506868