Parenting VOC atau gaya pengasuhan VOC adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan pola asuh yang keras, disiplin, dan otoriter, di mana anak mendapat hukuman saat berbuat salah. Pola asuh ini sebenarnya merujuk pada konsep authoritarian parenting atau pola asuh otoriter.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, gaya pengasuhan seperti ini dianggap efektif karena membuat anak lebih patuh, disiplin, dan tidak membantah orang tua. Namun, di balik itu, parenting VOC juga memiliki dampak negatif yang perlu diperhatikan.
Apa itu Parenting VOC?
Parenting VOC, yang merujuk pada authoritarian parenting, merupakan salah satu dari empat gaya pengasuhan utama yang pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Diana Baumrind pada tahun 1960-an.
Gaya pengasuhan ini memiliki beberapa ciri khas, di antaranya:
- Adanya aturan yang sangat ketat dan harus dipatuhi tanpa banyak pertanyaan.
- Anak jarang diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat, perasaan, atau alasan.
- Hukuman yang keras, baik secara fisik maupun verbal, diberikan ketika aturan dilanggar.
- Minim kehangatan emosional, empati, dan validasi terhadap perasaan anak.
- Orang tua cenderung mendikte cara anak berpikir, merasa, dan bertindak.
- Fokus utama pada ketaatan mutlak, bukan pada pemahaman nilai atau pengembangan diri anak.
Baca Juga: Kelebihan dan Kekurangan Helicopter Parenting
Dampak Parenting VOC bagi Perkembangan Anak
Meskipun sebagian orang tua berpendapat bahwa parenting VOC merupakan cara terbaik untuk mendisiplinkan anak, berbagai penelitian justru menunjukkan bahwa pola asuh ini lebih sering menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan anak.
Berikut beberapa dampak yang dapat muncul akibat gaya pengasuhan otoriter ini:
Agresivitas
Akibat diterapkannya parenting VOC, anak cenderung meniru pola pengendalian dan hukuman keras yang mereka terima dari orang tuanya. Hal ini dapat membuat anak kurang memiliki empati sosial, lebih mudah memicu konflik, serta menunjukkan perilaku agresif seperti menyakiti atau memaksa teman. Dalam jangka panjang, anak juga bisa memperlihatkan perilaku destruktif terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Kecemasan dan depresi
Tekanan untuk selalu patuh dan takut berbuat salah membuat anak tumbuh dengan keyakinan bahwa nilai dirinya hanya diukur dari kepatuhan dan hasil yang dicapai. Akibatnya, anak bisa mengalami kecemasan berlebih, perfeksionisme, rasa tidak aman, serta stres berkepanjangan yang dapat mengganggu aktivitas dan keseharian mereka.
Harga diri rendah
Parenting VOC dapat menyebabkan harga diri anak menjadi rendah. Anak yang tumbuh dalam pola asuh seperti ini cenderung mudah merasa tidak cukup baik, sering membandingkan diri secara negatif dengan orang lain, dan kurang percaya diri ketika harus mencoba hal-hal baru atau menghadapi tantangan.
Baca Juga: Hati-Hati, Pola Asuh Orang Tua Ternyata Dapat Memicu Anak Melakukan Bullying
Kesulitan sosial
Kurangnya komunikasi dua arah dalam parenting VOC membuat anak takut berbicara dan tidak terbiasa menyampaikan pendapat atau perasaan. Akibatnya, anak tidak belajar memahami aturan sosial yang sehat. Hal ini dapat membuat mereka kesulitan menjalin dan menjaga pertemanan, menolak aturan kelompok, serta lebih sering terlibat konflik di lingkungan sekolah.
Masalah regulasi emosi
Orang tua dengan gaya otoriter sering kali melarang anak mengekspresikan emosi, misalnya dengan ucapan seperti “jangan menangis” atau “jangan protes”, tanpa mengajarkan cara yang sehat untuk menenangkan diri.
Akibatnya, anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang mudah marah, sering bereaksi berlebihan (overreact), sering tantrum, atau justru memendam emosi dan sakit hati hingga suatu saat bisa meledak karena hal sepele.
Perilaku menyimpang atau kenakalan remaja
Kontrol yang terlalu ketat tanpa ruang untuk berdialog dapat memicu pemberontakan, terutama saat anak memasuki masa remaja. Anak mungkin mulai membolos, berbohong untuk menghindari hukuman, atau mencari pelarian dengan bergaul dalam lingkungan yang berisiko, bahkan menyalahgunakan zat terlarang.
Memahami dampak pola asuh otoriter penting agar orang tua dapat menyeimbangkan disiplin dengan empati, sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri sekaligus memiliki keseimbangan emosional yang sehat.
Jika Anda merasa kesulitan mengelola emosi atau menerapkan pola asuh yang lebih positif, konsultasikan dengan psikolog atau dokter melalui layanan konsultasi kesehatan pada aplikasi Ai Care yang tersedia di App Store atau Play Store.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainya? Cek di sini, yah!
- dr Nadia Opmalina
Bernard Golden, Ph.D (2024). Authoritarian Parenting: Its Impact, Causes, and Indications. Available from: https://www.psychologytoday.com/us/blog/overcoming-destructive-anger/202402/authoritarian-parenting-its-impact-causes-and-indications
Kendra Cherry, MSEd (2025). 8 Characteristics of Authoritarian Parenting. Available from: https://www.verywellmind.com/what-is-authoritarian-parenting-2794955
WebMD (2025). What Is Authoritarian Parenting?. Available from: https://www.webmd.com/parenting/authoritarian-parenting-what-is-it