Gatal-gatal merupakan keluhan umum yang bisa dialami siapa saja, mulai dari iritasi ringan hingga reaksi alergi. Namun, saat terjadi pada ibu hamil, kondisi ini perlu mendapat perhatian lebih karena bisa menjadi tanda kolestasis kehamilan, yaitu gangguan fungsi hati yang memengaruhi aliran empedu.
Apa itu Kolestasis Kehamilan?
Kolestasis kehamilan adalah gangguan fungsi hati yang biasanya terjadi pada trimester ketiga. Kondisi ini menyebabkan aliran empedu dari hati menjadi lambat atau terhenti, sehingga asam empedu menumpuk di dalam tubuh.
Meskipun kolestasis kehamilan umumnya membaik setelah persalinan, kondisi ini tidak boleh dianggap sepele. Jika tidak ditangani dengan tepat, kolestasis dapat meningkatkan risiko komplikasi pada janin, seperti kelahiran prematur, gangguan pernapasan, bahkan kematian saat lahir.
Baca Juga: Bukan Melulu Karena Kehamilan, Ini Penyebab Munculnya Stretchmark
Gejala Kolestasis Kehamilan
Gejala utama kolestasis kehamilan adalah rasa gatal hebat, yang biasanya muncul pertama kali di telapak tangan dan telapak kaki. Rasa gatal ini tidak disertai ruam, dapat menyebar ke bagian tubuh lain, dan cenderung memburuk pada malam hari.
Selain itu, kolestasis kehamilan juga bisa disertai beberapa gejala tambahan, seperti:
- Mual
- Urine berwarna gelap
- Tinja berwarna pucat
- Kelelahan ekstrem
- Penurunan nafsu makan
- Nyeri di bagian kanan atas perut
- Jaundice (perubahan warna kulit dan bagian putih mata menjadi kuning)
Penyebab Kolestasis Kehamilan
Penyebab pasti kolestasis kehamilan belum sepenuhnya diketahui, namun kondisi ini diduga kuat berkaitan dengan perubahan hormon selama kehamilan, terutama peningkatan kadar estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini dapat memengaruhi proses pengeluaran empedu dari hati.
Selain itu, faktor genetik juga turut berperan. Beberapa wanita memiliki kerentanan genetik yang membuat sistem metabolisme empedunya lebih sensitif terhadap perubahan hormonal saat hamil.
Baca Juga: Tips Mempersiapkan Kehamilan yang Sehat
Apa Bahayanya bagi Ibu dan Janin?
Meskipun kolestasis kehamilan umumnya tidak membahayakan kesehatan ibu secara langsung, kondisi ini dapat menimbulkan beberapa komplikasi serius pada janin, seperti:
- Persalinan prematur
- Gangguan detak jantung janin
- Peningkatan risiko kematian janin mendadak menjelang persalinan
- Komplikasi pascapersalinan, seperti perdarahan akibat gangguan penyerapan vitamin K
Setelah persalinan, fungsi hati ibu biasanya akan kembali normal dalam beberapa minggu hingga bulan. Namun, wanita yang pernah mengalami kolestasis kehamilan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya kembali di kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, penting untuk tetap waspada dan melakukan pemantauan lebih intensif.
Jika muncul gejala kolestasis kehamilan, seperti gatal hebat tanpa ruam, segera konsultasikan ke dokter. Penanganan medis diperlukan untuk meredakan gejala serta mencegah risiko komplikasi pada janin.
Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter melalui layanan konsultasi yang tersedia pada aplikasi Ai Care dengan mengunduhnya melalui App Store atau Play Store.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono
- dr Nadia Opmalina
Mayo Clinic (2022). Cholestasis of pregnancy. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cholestasis-of-pregnancy/diagnosis-treatment/drc-20363258
Cedars Sinai. Cholestasis of Pregnancy. Available from: https://www.cedars-sinai.org/health-library/diseases-and-conditions/c/cholestasis-of-pregnancy.html
Cleveland Clinic (2022). Cholestasis of Pregnancy. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17901-cholestasis-of-pregnancy
American Pregnancy Association. Cholestasis of Pregnancy: Causes, Symptoms & Treatment. Available from: https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/pregnancy-complications/cholestasis-of-pregnancy/