Gangguan Makan Pica

Gangguan Makan Pica

Bagikan :


Definisi

Pica adalah gangguan makan berupa mengonsumsi benda yang bukan merupakan bahan pangan atau makanan (nonfood items) selama lebih dari 1 bulan. Benda yang dikonsumsi oleh penderita pica antara lain kertas, es batu, rambut, benang, tanah, lem, kain, kapur, bedak, dan bahkan puntung rokok. Diagnosis pica juga harus mempertimbangkan kultur budaya, kebiasaan umum dari komunitasnya berada, atau aktivitas keagamaan yang dianut oleh penderita. Konsumsi benda tersebut harus tidak normal secara sosial dan diterima budaya setempat.

Mengonsumsi benda yang bukan makanan sering terjadi pada anak usia di bawah 2 tahun dalam masa eksplorasi mereka, sehingga hal tersebut biasanya tidak dianggap sebagai suatu gangguan. Namun, jika kebiasaan tersebut terjadi pada anak  yang berusia lebih dari 2 tahun, hal ini dapat digolongkan sebagai pica. Selain pada anak, pica juga dapat terjadi pada orang dewasa, terutama wanita hamil. Sekalipun pica tidak berkaitan dengan gangguan fungsi sosial, namun penyakit ini sering dialami oleh individu dengan gangguan kejiwaan, seperti autisme, disabilitas intelektual, dan skizofrenia.

 

Penyebab

Hingga saat ini, penyebab dari pica masih belum diketahui secara pasti. Beberapa studi psikologis menunjukkan hubungan antara pica dan stres, penelantaran oleh orang tua, kekerasan dalam rumah tangga, dan pengabaian oleh ibu. Salah satu teori yang paling populer adalah pica berhubungan dengan defisiensi mineral, terutama defisiensi besi, dan pica merupakan respon terhadap kondisi tersebut. Walaupun begitu, beberapa studi menunjukkan bahwa bahan yang dikonsumsi oleh orang dengan defisiensi besi tidak mengandung zat besi yang tinggi. Hal ini menunjukkan bukti yang ada kurang kuat untuk mengaitkan defisiensi nutrisi sebagai penyebab pica.

Beberapa studi lainnya melaporkan bahwa pica berhubungan dengan respon terhadap stres dan bukan disebabkan oleh defisiensi zat tertentu.

Teori yang baru menunjukkan bahwa pica bertujuan untuk mendapatkan zat yang dapat melindungi diri pada fase yang rentan, yaitu masa kanak-kanak dan kehamilan. Mekanisme yang dipercaya pada teori ini adalah benda yang dikonsumsi tersebut dapat mengikat toksin agar dikeluarkan oleh tubuh dan tidak diserap ke saluran cerna. Pada penelitian yang dilakukan di Jepang, pasien dengan anemia sering mengonsumsi es (pagofagia) untuk meningkatkan aliran darah ke otak sehingga meningkatkan fungsi otak. 

Para penderita pica memiliki beragam alasan dalam mengonsumsi benda-benda yang bukan bahan pangan. Beberapa individu melaporkan adanya rasa mengidam dan suatu keharusan dalam dirinya untuk memakan benda tertentu. Individu lainnya mengatakan bahwa ada kebutuhan untuk menstimulasi mulut mereka. Mereka mengatakan bahwa pica adalah bentuk perilaku yang menenangkan diri.

 

Faktor Risiko

Walaupun penyebab dari pica masih belum diketahui secara pasti, beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang menderita pica antara lain:

  • Mengalami stres
  • Faktor kultur budaya
  • Mempelajari kebiasaan tersebut dari orang di sekitarnya
  • Status sosioekonomi rendah
  • Memiliki kondisi kejiwaan lainnya
  • Mengalami defisiensi nutrisi
  • Pengabaian oleh orang tua semasa kecil (child neglect)
  • Hamil
  • Epilepsi

 

Gejala

Gejala pica adalah adanya kebiasaan makan benda yang bukan bahan pangan. Gejala lainnya yang dapat dialami antara lain nyeri perut dan terdapatnya darah pada kotoran (dapat merupakan tanda ulkus atau tukak pada saluran cerna akibat benda yang dimakan). Selain itu, bisa muncul masalah pencernaan lainnya seperti konstipasi atau diare.

Gejala juga bergantung pada jenis benda yang dimakan. Benda yang beracun atau berbahaya dapat menimbulkan gejala yang lebih berat, yaitu:

  • Keracunan timbal (dari mengonsumsi paint chips) dengan gejala mual muntah, nyeri kepala, tidak dapat berkonsentrasi, rasa 'metal' pada lidah
  • Robeknya saluran cerna
  • Gigi rusak
  • Infeksi

 

Diagnosis

Diagnosis dari pica ditegakkan berdasarkan usia, keluhan utama, dan gejala. Sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition (DSM-5), terdapat beberapa kriteria yang perlu dipenuhi untuk menegakkan diagnosis pica, yaitu:

  • Perilaku mengonsumsi bahan makanan non-pangan terjadi seleama 1 bulan atau lebih
  • Perilaku mengonsumsi bahan makanan non-pangan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan individu (Pica tidak dapat didiagnosis pada anak di bawah 2 tahun)
  • Perilaku makan tidak sesuai dengan praktik budaya setempat
  • Jika perilaku ini berkaitan dengan kondisi kejiwaan lainnya (seperti disabilitas intelektual, gangguan perkembangan pervasif, atau skizofrenia) atau kondisi medis lainnya (seperti kehamilan), perlu dilakukan penatalaksanaan lanjutan 

Jika konsumsi bahan non-pangan bertujuan untuk menekan nafsu makan seperti pada anorexia nervosa, diagnosis pica tidak dapat ditegakkan. 

Dokter akan melakukan pemeriksaan status nutrisi dan berat badan untuk melihat adanya defisiensi nutrisi. Pemeriksaan lanjutan, seperti pemeriksaan darah pada keracunan timbal, pemeriksaan profil besi dan zink, serta pemeriksaan elektrolit; akan bergantung pada jenis bahan yang dikonsumsi dan gejala yang dialami oleh pasien.

 

Tatalaksana

Umumnya pica berlangsung selama beberapa bulan dan menghilang dengan sendirinya. Namun, pica lebih sulit ditangani pada individu dengan kondisi kejiwaan lain, seperti disabilitas intelektual. Tujuan tatalaksana pica adalah untuk memodifikasi perilaku dan mengobati masalah kesehatan yang terjadi, seperti kondisi kekurangan nutrisi atau komplikasi lainnya.

Untuk memodifikasi perilaku, strategi yang dapat dilakukan adalah mengurangi paparan terhadap benda yang sering dikonsumsi. Hal ini dapat dilakukan dengan tidak menyimpan benda tersebut, menjauhkan dari jangkauan, dan mencari makanan dengan tekstur yang sama. Mengalihkan rasa ketagihan dengan melakukan aktivitas lain juga dapat dilakukan untuk modifikasi perilaku.

Tidak ada obat-obatan khusus yang dapat mengobati pica. Walaupun terdapat beberapa laporan bahwa obat antipsikotik dapat menurunkan perilaku pica, obat-obatan antipsikotik dapat menyebabkan konstipasi dan efek samping lainnya.

 

Komplikasi

Komplikasi dari pica bergantung pada benda yang ditelan. 

Geophagia

Menelan tanah liat merupakan jenis pica yang cukup umum. Menelan benda yang sulit dicerna seperti tanah, tanah liat, dan batu dapat menyebabkan konstipasi, hipokalemia, dan defisiensi nutrisi. Tanah liat juga mengandung banyak mikroorganisme infeksius, seperti parasit.

Pagophagia

Sering mengonsumsi es dapat menyebabkan defisiensi besi, terutama ketika hamil. Komplikasi lainnya adalah kerusakan gigi dan gigi menjadi sensitif.

Amylophagia

Mengonsumsi tepung berlebih dapat menyebabkan defisiensi besi. Hal ini juga memicu tingginya gula darah dan obesitas.

Bahan lainnya

Mengonsumsi bahan lain yang berbahaya seperti timbal, merkuri, florid, dan lainnya dapat menyebabkan keracunan. Keracunan timbal dapat menyebabkan kejang, terutama pada wanita hamil. Menelan benda yang tajam dapat menyebabkan kerusakan pada dinding esofagus dan usus.

Pica pada masa kehamilan memberikan dampak pada janin. Keracunan timbal dapat menyebabkan disabilitas neurologi jangka panjang pada anak. Sedangkan geophagia menyebabkan keterlambatan motorik pada anak.

 

Pencegahan

Hingga saat ini, belum ada langkah khusus untuk mencegah pica. Namun, mengawasi kebiasaan makan anak dan benda yang anak masukkan ke dalam mulut dapat membantu menegakkan diagnosis dan memberikan penanganan secara lebih cepat sebelum komplikasi terjadi. Mengonsumsi makanan yang sehat dapat membantu mencegah defisiensi nutrisi dan mineral, yang dapat mengurangi risiko mengalami pica. Jika anak Anda didiagnosis mengalami pica, jauhkan benda-benda yang dapat ia telan dari jangkauannya.

 

Kapan harus ke dokter?

Jika Anda atau anak Anda mengalami pica, terutama dalam kondisi hamil, konsultasikan hal ini dengan profesional. Pica yang tidak ditangani dapat menyebabkan defisiensi nutrisi.

 

Writer : Tannia Sembiring S Ked
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Senin, 20 Mei 2024 | 08:52

Al Nasser, Y., Muco, E., Alsaad, AJ. Pica. [Updated 2021 Jul 29]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532242/

Attia, E. (2020). Pica. MSD Manual. Available from: https://www.msdmanuals.com/professional/psychiatric-disorders/eating-disorders/pica

Bhandari, S. (2021)/ Mental health and pica. WebMD. Available from: https://www.webmd.com/mental-health/mental-health-pica

Muhlheim, L. (2021). What is pica?. VeryWellMind. Available from: https://www.verywellmind.com/what-is-pica-5114566

Patel, D. (2021). Pica. Familydoctor.org. Available from: https://familydoctor.org/condition/pica/