Brand/Nama Lain
Aluquine, Esele, Farneltik, Hydroxin, Hydroxychloroquine Sulfate, Hyloquin, Kalquine, dan Sanloquin
Cara Kerja
Hydroxychloroquine bekerja dengan cara memodulasi sistem kekebalan tubuh dan memiliki efek antiinflamasi. Obat ini awalnya digunakan untuk mengobati malaria, tetapi juga efektif dalam mengobati penyakit autoimun seperti lupus dan rheumatoid arthritis.
Cara kerja hydroxychloroquine melibatkan penghambatan aktivitas enzim dan proses dalam sel imun, seperti penghambatan produksi sitokin proinflamasi dan pengurangan aktivitas sel T. Selain itu, hydroxychloroquine dapat meningkatkan pH dalam sel dan vesikel intraseluler, yang mengganggu replikasi virus atau proses imun tertentu.
Indikasi
Hydroxychloroquine diindikasikan untuk pengobatan dan pencegahan malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Selain itu, obat ini juga digunakan untuk mengelola penyakit autoimun seperti lupus eritematosus sistemik dan artritis reumatoid, karena efek antiinflamasi dan imunomodulatornya. Dalam kondisi ini, hydroxychloroquine membantu mengurangi peradangan, nyeri sendi, dan gejala sistemik lainnya.
Kontraindikasi
Hydroxychloroquine dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap hydroxychloroquine atau obat sejenis seperti chloroquine. Obat ini juga tidak boleh digunakan pada pasien dengan gangguan retina atau gangguan penglihatan yang berhubungan dengan penggunaan senyawa 4-aminoquinoline, karena dapat memperburuk kondisi tersebut. Selain itu, penggunaan harus dihindari pada pasien dengan gangguan jantung tertentu, seperti pemanjangan interval QT, karena risiko aritmia yang serius.
Efek Samping
Efek samping hydroxychloroquine dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga serius. Efek samping yang umum meliputi mual, muntah, sakit perut, dan sakit kepala. Pada beberapa kasus, obat ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan akibat toksisitas retina, terutama jika digunakan dalam jangka panjang atau pada dosis tinggi.
Efek samping serius lainnya termasuk gangguan irama jantung (aritmia), penurunan kadar gula darah, serta gangguan otot dan saraf. Oleh karena itu, pemantauan medis secara berkala penting dilakukan selama penggunaan hydroxychloroquine.
Sediaan
Hydroxychloroquine tersedia dalam bentuk sediaan tablet oral. Setiap tablet biasanya mengandung 200 mg hydroxychloroquine sulfat, yang setara dengan sekitar 155 mg hydroxychloroquine basa.
Obat ini dikonsumsi melalui oral sekali atau dua kali sehari, tergantung pada kondisi yang diobati dan anjuran dokter. Sediaan ini dirancang untuk penggunaan jangka pendek maupun jangka panjang, tergantung pada indikasi medisnya seperti malaria, lupus, atau artritis reumatoid.
Dosis
Dosis hydroxychloroquine bervariasi tergantung pada indikasi pengobatannya. Untuk pencegahan malaria pada dewasa, dosis umumnya adalah 400 mg sekali seminggu, dimulai satu hingga dua minggu sebelum paparan dan dilanjutkan selama empat minggu setelah kembali dari daerah endemis.
Untuk pengobatan lupus eritematosus atau artritis reumatoid, dosis awal biasanya 400–600 mg per hari, yang kemudian dapat diturunkan menjadi dosis pemeliharaan 200–400 mg per hari tergantung pada respons pasien dan toleransi. Dosis harus disesuaikan dengan berat badan dan kondisi medis pasien, serta diawasi oleh tenaga medis untuk mencegah efek samping serius, terutama pada penggunaan jangka panjang.
Keamanan
Hydroxychloroquine termasuk dalam kategori keamanan kehamilan FDA kategori C, yang berarti studi pada hewan menunjukkan adanya efek merugikan terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol yang memadai pada manusia. Oleh karena itu, penggunaan obat ini selama kehamilan hanya dianjurkan jika manfaat yang diharapkan lebih besar daripada potensi risikonya.
Dalam beberapa kasus penyakit autoimun seperti lupus, hydroxychloroquine tetap dapat diresepkan selama kehamilan karena dapat membantu mengontrol penyakit dan mencegah komplikasi. Penggunaannya harus selalu dipantau oleh tenaga medis.
Interaksi Obat
Hydroxychloroquine memiliki potensi interaksi obat yang perlu diperhatikan, terutama jika digunakan bersama obat lain yang memengaruhi irama jantung, seperti obat yang dapat memperpanjang interval QT (misalnya amiodaron, azitromisin, atau antipsikotik tertentu), karena dapat meningkatkan risiko aritmia serius.
Hydroxychloroquine dapat berinteraksi dengan obat antidiabetik dan meningkatkan efek penurunan gula darah, sehingga risiko hipoglikemia dapat meningkat. Interaksi juga bisa terjadi dengan obat antiepilepsi, digoksin, dan beberapa antibiotik. Oleh karena itu, penting untuk memberi tahu tenaga kesehatan tentang semua obat yang sedang digunakan sebelum memulai terapi hydroxychloroquine.
Mau tahu informasi seputar obat-obatan lainnya? Cek di sini, ya!
- dr. Alvidiani Agustina Damanik
Cleveland Clinic. (n.d.). Hydroxychloroquine tablets: Uses, interactions & side effects. Cleveland Clinic. Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/drugs/19772-hydroxychloroquine-tablets
Johns Hopkins Arthritis Center. (n.d.). Hydroxychloroquine (Plaquenil®) drug information sheet. Retrieved from https://www.hopkinsarthritis.org/patient-corner/drug-information/hydroxychloroquine-plaquenil/
MIMS Indonesia. (n.d.). Hydroxychloroquine: informasi obat generik. MIMS Indonesia. Retrieved from https://www.mims.com/indonesia/drug/info/hydroxychloroquine?mtype=generic