Nasi sering dihindari saat menjalani program diet untuk menurunkan berat badan karena kandungan karbohidratnya. Namun, ada metode diet berbasis nasi, atau dikenal dengan rice diet, yang justru dianggap dapat membantu menurunkan berat badan sekaligus menjaga kesehatan ginjal.
Bagaimana sebenarnya diet nasi ini dilakukan, dan apa saja kelebihan serta kekurangannya? Simak penjelasannya dalam artikel berikut.
Apa Itu Diet Nasi (Rice Diet)?
Diet nasi, atau rice diet, pertama kali diperkenalkan oleh dokter Walter Kempner pada tahun 1939. Ia percaya bahwa mengurangi asupan protein sambil tetap mengonsumsi nasi dan buah dapat mengurangi beban pada ginjal, sehingga membantu menangani gagal ginjal.
Kempner juga meyakini bahwa mengurangi natrium dan kolesterol dapat menurunkan tekanan darah serta memperbaiki kondisi gagal jantung. Oleh karena itu, pola diet ini menekankan konsumsi karbohidrat dengan protein rendah, hampir tanpa natrium dan kolesterol.
Meski disebut diet nasi, pola makan ini tidak hanya terdiri dari nasi. Seiring perkembangan pada tahun 2000-an, diet nasi mencakup konsumsi nasi, buah-buahan, dan berbagai makanan utuh, sambil membatasi makanan tinggi natrium dan lemak. Pola makan ini diyakini dapat menurunkan berat badan sekaligus menjaga rasa kenyang dengan makanan padat nutrisi dalam porsi yang terkontrol.
Baca Juga: Berbahayakah Jika Mengonsumsi Protein Terlalu Banyak?
Cara Melakukan Diet Nasi (Rice Diet)
Diet nasi merupakan pola makan rendah lemak dan rendah garam (natrium). Karena natrium dapat merangsang nafsu makan, mengurangi asupan garam diyakini membantu menekan rasa lapar. Tujuan utama diet ini adalah membuat tubuh merasa kenyang dengan makanan berserat tinggi namun tetap rendah kalori.
Secara umum, pola makan dalam diet nasi meliputi:
- Nasi putih sebagai sumber utama karbohidrat.
- Berbagai jenis buah dan jus buah.
- Pembatasan makanan lain, termasuk protein, lemak, dan sebagian besar sayuran.
Diet nasi terbagi menjadi 3 fase, yaitu:
Fase 1: Detoks
Diet nasi biasanya dimulai dengan fase detoks, yaitu tahap awal di mana asupan kalori dibatasi hanya sekitar 800–1000 kalori per hari. Pada fase ini, makanan utama yang dikonsumsi adalah nasi putih dalam jumlah cukup banyak, disertai buah-buahan dan jus buah.
Untuk sumber protein, pilih jenis protein yang rendah lemak atau protein nabati, seperti sayuran dan kacang-kacangan. Fase pertama ini umumnya berlangsung selama 1–2 minggu, tergantung kondisi kesehatan masing-masing individu.
Fase 2: Penurunan Berat Badan
Fase kedua diet nasi berfokus pada penurunan berat badan. Pola makan tetap menekankan konsumsi nasi dan buah, namun mulai diperbolehkan menambahkan lebih banyak variasi makanan, termasuk sumber protein seperti ayam atau ikan. Tujuan fase ini adalah menciptakan defisit kalori, tetapi tetap memenuhi kebutuhan nutrisi makro tubuh.
Durasi fase kedua dapat berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada target dan perkembangan penurunan berat badan masing-masing individu.
Fase 3: Pemeliharaan
Fase ketiga diet nasi bertujuan membantu mempertahankan berat badan ideal sekaligus menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Pada tahap ini, pola makan menjadi lebih bervariasi, mencakup lebih banyak buah, sayuran, produk susu, protein rendah lemak, lemak sehat, serta biji-bijian utuh.
Fase ini dirancang sebagai pendekatan jangka panjang untuk membentuk kebiasaan makan sehat sehari-hari. Pola makan yang dianjurkan dalam fase ketiga adalah:
- 1 hari per minggu: diet nasi dasar.
- 4 hari per minggu: diet nasi lakto-vegetarian.
- 2 hari per minggu: diet nasi vegetarian-plus.
Manfaat dan Risiko Diet Nasi
Diet nasi membatasi asupan kalori dan lemak, sehingga dinilai bermanfaat untuk menurunkan berat badan, menurunkan kadar kolesterol, serta menjaga kesehatan jantung dan ginjal. Meski begitu, pola makan ini tergolong cukup ketat bagi kebanyakan orang. Jika tidak diimbangi dengan suplemen yang tepat, diet nasi juga berisiko menyebabkan kekurangan nutrisi.
Perlu diingat, diet nasi awalnya dirancang sebagai pola makan di bawah pengawasan medis. Karena itu, sebelum mencobanya sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi. Anda juga bisa memanfaatkan fitur konsultasi pada aplikasi Ai Care yang dapat diunduh melalui App Store atau Play Store.
Mau tahu informasi seputar nutrisi, makanan dan tips diet lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina
Liao, S. (2025). The Rice Diet: What Should You Know?. Available from: https://www.webmd.com/diet/rice-diet?
Richards, L. (2024). What is the rice diet and does it have benefits?. Available from: https://www.medicalnewstoday.com/articles/rice-diet
Jividen, S. (2025). What Happens to Your Body When You Follow the Rice Diet. Available from: https://www.verywellhealth.com/rice-diet-11780393
Braverman, J. (2025). The Rice Diet: What Is It and Should You Try It?. Available from: https://www.everydayhealth.com/diet-types/the-rice-diet-plan-menu/