Inkontinensia urine adalah kondisi yang cukup umum namun sering diabaikan. Kondisi ini ditandai dengan ketidakmampuan mengendalikan aliran urine secara normal, sehingga menyebabkan kebocoran urine yang tidak disengaja.
Inkontinensia bisa terjadi pada siapa saja, baik pria maupun wanita, tetapi lebih sering dialami wanita khususnya setelah melahirkan atau memasuki masa menopause.
Lalu, apa sebenarnya penyebab seseorang mengalami inkontinensia urine? Simak penjelasannya dalam artikel berikut.
Apa itu Inkontinensia Urine?
Inkontinensia urine adalah gangguan pada sistem kemih yang membuat seseorang sulit menahan keluarnya urine saat kandung kemih penuh. Kondisi ini dapat menurunkan rasa percaya diri dan membatasi aktivitas sehari-hari.
Pada sistem kemih yang sehat, organ-organ bekerja sama untuk menyaring, menyimpan, dan membuang limbah tubuh melalui urine. Namun, pada kasus inkontinensia urine, gangguan pada salah satu bagian sistem ini, baik karena kelemahan otot, kerusakan saraf, atau masalah struktural, dapat menyebabkan keluarnya urine secara tidak terkendali.
Meski lebih sering dialami oleh lansia, inkontinensia urine bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia.
Baca Juga: Ragam Penyebab Urine Berbau Manis
Penyebab Inkontinensia Urine
Seiring bertambahnya usia, risiko inkontinensia urine cenderung meningkat, terutama setelah usia 50 tahun. Pada usia ini, otot-otot dasar panggul mulai melemah dan elastisitas kandung kemih menurun. Namun, usia bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi terjadinya inkontinensia urine.
Berikut beberapa penyebab lainnya:
Melemahnya otot dasar panggul
Lemahnya otot dasar panggul tidak hanya terjadi pada usia lanjut. Kehamilan, persalinan, dan operasi panggul juga dapat melemahkan otot-otot panggul, terutama pada wanita.
Perubahan hormon
Penurunan kadar estrogen saat menopause dapat menyebabkan penipisan jaringan uretra dan kandung kemih. Kondisi ini dapat mengurangi kemampuan dalam mengontrol urine.
Pembesaran prostat pada pria
Pembesaran prostat pada pria umum terjadi seiring bertambahnya usia. Prostat adalah kelenjar kecil yang terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi uretra.
Saat prostat membesar, tekanan pada uretra mempersempit saluran keluarnya urine. Kondisi ini menghambat aliran urine, memaksa kandung kemih bekerja lebih keras untuk mengosongkan isinya.
Dalam jangka panjang, otot kandung kemih dapat melemah dan kehilangan kemampuan berkontraksi secara optimal, sehingga memicu gangguan berkemih.
Baca Juga: Makanan dan Minuman yang Dapat Menyebabkan Urine Keruh
Gangguan saraf
Sistem saraf berperan penting dalam mengatur proses buang air kecil dengan mengirimkan sinyal kapan kandung kemih harus menahan atau mengeluarkan urine. Gangguan pada sistem ini dapat mengacaukan koordinasi tersebut, sehingga memicu inkontinensia.
Beberapa kondisi neurologis dapat menyebabkan gangguan sistem saraf, antara lain stroke, multiple sklerosis, penyakit Parkinson, dan cedera tulang belakang.
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) terutama pada kandung kemih, dapat memicu gejala inkontinensia urine yang bersifat sementara. Selain kesulitan mengontrol urine, ISK juga biasanya menyebabkan rasa terbakar saat buang air kecil, urine berwarna keruh dan berbau menyengat, serta peningkatan frekuensi buang air kecil.
Obesitas
Kelebihan berat badan dapat memperburuk inkontinensia stres, yaitu jenis inkontinensia yang terjadi akibat peningkatan tekanan pada rongga perut.
Tekanan pada rongga perut, terutama saat berdiri, batuk, atau melakukan aktivitas fisik, dapat memberi beban ekstra pada otot dasar panggul. Jika otot-otot ini melemah, kemampuan untuk menahan urine berkurang sehingga kebocoran lebih mudah terjadi.
Inkontinensia urine umumnya dapat diobati, terutama jika penyebabnya diketahui sejak dini. Karena itu, segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami atau mencurigai adanya gejala inkontinensia.
Anda juga bisa berkonsultasi ke dokter dengan memanfaatkan fitur konsultasi pada aplikasi Ai Care yang sudah tersedia di App Store dan Play Store.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainya? Cek di sini, yah!
- dr Nadia Opmalina
Stephen W. Leslie, et all (2024). Urinary Incontinence. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559095/
Cleveland Clinic (2025). Urinary Incontinence. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17596-urinary-incontinence
Mayo Clinic (2023). Urinary incontinence. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/urinary-incontinence/diagnosis-treatment/drc-20352814
Michael Ng, et all (2024). Benign Prostatic Hyperplasia. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558920/