Artritis Reaktif

Artritis Reaktif
kenali tanda dan gejala artritis reaktif

Bagikan :


Definisi

Artritis reaktif adalah suatu kondisi yang menyebabkan nyeri dan pembengkakan pada beberapa sendi di tubuh (radang sendi), terutama sendi lutut, kaki, pergelangan kaki, dan panggul. 

Kondisi ini dipicu karena adanya infeksi pada bagian tubuh yang lain. Paling sering akibat infeksi usus, alat kelamin, atau saluran kemih. Sebelumnya, artritis reaktif sering juga disebut dengan nama “Sindrom Reiter”.

Artritis reaktif termasuk penyakit yang jarang terjadi. Pada sebagian besar kasus, gejala dapat hilang dan timbul, lalu menghilang secara perlahan dalam 1 tahun. Biasanya artritis reaktif muncul dan berkembang setelah Anda mengalami infeksi tertentu terutama infeksi menular seksual atau keracunan makanan.

Laki – laki dan wanita dapat menderita penyakit ini dalam usia berapapun, namun paling sering terjadi pada usia antara 20 hingga 40 tahun.

 

Penyebab

Artritis reaktif dipicu oleh infeksi, terutama infeksi menular seksual atau infeksi bakteri yang menular akibat makanan. Bakteri yang sering memicu munculnya artritis reaktif antara lain adalah Salmonella, Yersinia, Campylobacter, Shigella, dan Chlamydia.

  • Bakteri Chlamydia trachomatis, bakteri ini menyebar melalui kontak seksual. Infeksi bakteri ini dapat bermula di vagina, kandung kemih, atau saluran kemih.
  • Bakteri Salmonella, Yersinia, Campylobacter, Shigella, bakteri ini biasanya menginfeksi bagian saluran pencernaan. 

Bakteri tersebut dapat masuk ke tubuh manusia melalui dua cara, yaitu:

  • Saluran kemih
    • Bakteri dapat masuk melalui vagina atau saluran kemih saat melakukan kontak seksual dan dapat menyebar ke kandung kemih. 
  • Saluran pencernaan
    • Bakteri dapat masuk ke tubuh melalui makanan yang telah terkontaminasi bakteri atau mengonsumsi makanan yang kedaluwarsa atau basi. 

Para ilmuwan belum mengetahui secara pasti mengapa beberapa orang yang terinfeksi bakteri di atas mengalami artritis reaktif, tetapi sebagian lagi tidak.

Namun, peneliti menemukan adanya keterkaitan kejadian artritis reaktif dengan faktor genetik. Seseorang yang memiliki gen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) B27, dapat lebih mungkin mengalami artritis reaktif. Tetapi tidak semua orang yang memiliki gen ini dapat mengalami artritis reaktif. 

 

Faktor Risiko

Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya artritis reaktif antara lain:

  • Jenis kelamin
    • Baik pria maupun wanita memiliki peluang yang sama untuk mengalami artritis reaktif akibat infeksi dari makanan, tetapi pria lebih mungkin untuk menderita artritis reaktif yang diakibatkan infeksi seksual.
  • Usia
    • Artritis reaktif lebih sering terjadi pada orang dewasa antara usia 20 hingga 40 tahun.
  • Genetik
    • Orang yang memiliki gen bernama HLA-B27 memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena artritis reaktif dengan gejala yang lebih parah dan lama.
  • Sistem kekebalan tubuh yang lemah
    • Seseorang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV dan AIDS dapat meningkatkan risiko terjadinya artritis reaktif.

 

Gejala

Gejala dari artritis reaktif secara umum muncul dalam 1 hingga 4 minggu setelah paparan dari infeksi. Gejala tersebut dapat berupa:

  • Nyeri dan kekakuan
    • Nyeri sendi yang berhubungan dengan artritis reaktif paling sering terjadi pada lutut, tumit, dan kaki. Nyeri juga dapat terjadi di punggung bagian bawah atau pinggul
  • Peradangan pada mata
    • Penderita artritis reaktif seringkali mengalami infeksi pada konjungtiva (konjungtivitis)
  • Gangguan dalam berkemih
    • Peningkatan frekuensi dan ketidaknyamanan dalam berkemih dapat terjadi, akibat adanya kemungkinan peradangan pada prostat atau serviks (leher rahim)
  • Peradangan pada jaringan (tendon dan ligamen) yang menempel ke tulang
    • Peradangan ini paling sering terjadi di tumit dan telapak kaki
  • Pembengkakan ibu jari kaki atau jari lainnya
    • Pada beberapa kasus, ibu jari kaki atau jari lainnya dapat menjadi bengkak sehingga terlihat seperti “sosis”
  • Masalah pada kulit
    • Artritis reaktif dapat menimbulkan permasalah pada kulit, termasuk ruam pada telapak kaki, telapak tangan, dan adanya luka di sekitar mulut
  • Nyeri punggung
    • Nyeri punggung bagian bawah biasanya memburuk pada malam atau pagi hari

 

Diagnosis

Untuk mendiagnosis artritis reaktif dokter akan melakukan pemeriksaan berupa anamnesis atau wawancara dengan pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Ketika melakukan anamnesis, dokter akan menanyakan keluhan utama pasien, keluhan penyerta, sejak kapan keluhan tersebut muncul, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, gaya hidup, dan riwayat pengobatan sebelumnya bila ada.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dokter akan memeriksa tanda vital seperti tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dan laju napas. Dokter juga akan memeriksa bagian sendi baik itu sendi bagian tangan ataupun kaki guna melihat adanya pembengkakan, perubahan suhu di sendi yang menjadi lebih panas, dan nyeri.

Dokter juga akan memeriksa Range of Motion (ROM) atau kemampuan sendi untuk bergerak, terutama pada bagian tulang belakang dan sendi yang terkena. Dokter juga dapat memeriksa mata, kulit, dan alat kelamin Anda untuk melihat adanya peradangan ataupun ruam.

Pemeriksaan Penunjang

Dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. 

  • Pemeriksaan laboratorium
    • Pemeriksaan darah, urine, dan feses dapat dilakukan untuk membantu dalam menegakkan diagnosis artritis reaktif. Pemeriksaan ini dapat melihat adanya suatu peradangan atau infeksi, antibodi yang terkait dengan peradangan, dan gen HLA-B27 yang seringkali ditemukan pada penderita artritis reaktif
  • Pengambilan sampel jaringan 
    • Sampel jaringan dapat diambil dari tenggorokan, saluran kemih (pada pria), dan leher rahim (pada wanita) untuk mencari tanda-tanda infeksi
  • Pemeriksaan cairan sendi 
    • Dokter mungkin akan mengambil sampel cairan sendi dari lutut untuk melihat adanya infeksi atau peradangan.  Dokter juga akan memeriksa apakah terdapat kristal asam urat pada cairan sendi yang menjadi tanda dari artritis gout, sehingga diagnosis artritis reaktif dapat disingkirkan
  • Pemeriksaan Radiologi
    • Pemeriksaan radiologi seperti X-ray pada bagian punggung bawah, panggul, dan sendi dapat dilakukan untuk melihat apakah terdapat tanda dari artritis reaktif. Pemeriksaan X-ray juga dapat berguna untuk menyingkirkan jenis radang sendi (artritis) lainnya. 

Baca Juga: Penyakit Artritis Gout - Definisi, Penyebab, Gejala, dan Tata laksana.

 

Tata Laksana

Tata laksana dari artritis reaktif bergantung pada gejala, usia, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan. Selain itu, pengobatannya juga bergantung pada seberat apa kondisi artritis reaktif yang dialami. Pengobatan yang dapat dilakukan antara lain:

  • Pemberian obat antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri
  • Obat Antiinflamasi Non – Steroid (OAINS) untuk meredakan peradangan 
  • Obat kortikosteroid untuk mengurangi peradangan 
  • Obat penekan sistem kekebalan tubuh seperti metotreksat untuk mengontrol peradangan 
  • Obat tetes mata steroid bila ada gejala pada bagian mata
  • Krim yang mengandung steroid bila ada gejala pada kulit

Pengobatan di atas tentunya diberikan atas saran dan petunjuk dari dokter, hindari penggunaan obat-obatan tersebut tanpa konsultasi terlebih dahulu. Selain itu, terapi fisik juga dapat dilakukan untuk memperbaiki sendi dan otot, meningkatkan fleksibilitas dan mengurangi kekakuan pada sendi.

 

Komplikasi

Komplikasi dari artritis reaktif antara lain adalah terjadinya radang sendi (artritis) terus-menerus sepanjang hidupnya, walaupun gejala yang ditimbulkan ringan namun 15 hingga 50 persen dari pasien memiliki gejala yang hilang dan timbul, kemungkinan besar akibat adanya reinfeksi (infeksi berulang).

Selain itu, penyakit lain yang berhubungan dengan sendi tulang belakang seperti ankylosing spondylitis juga dapat muncul sebagai komplikasi dari artritis reaktif.

 

Pencegahan

Faktor genetik memainkan peran dalam menentukan apakah Anda lebih mungkin untuk mengalami artritis reaktif. Walaupun Anda tidak dapat mengubah susunan genetik, Anda dapat mencegah artritis reaktif dengan menghindari paparan terhadap bakteri yang menyebabkan artritis reaktif.

Taruhlah makanan Anda di suhu yang sesuai dan masaklah dengan benar. Dengan melakukan hal tersebut, Anda dapat menghindari bakteri yang menyebabkan artritis reaktif seperti Salmonella, Shigella, Yersinia, dan Campylobacter.

Karena beberapa jenis artritis reaktif disebabkan oleh infeksi menular seksual, penggunaan kondom dapat membantu untuk mengurangi risiko terkena artritis reaktif.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Segeralah ke dokter bila Anda mengalami nyeri sendi dalam sebulan disertai adanya diare dan infeksi kelamin, terutama bila Anda memiliki faktor risiko terhadap artritis reaktif.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Lovira Ai Care
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Kamis, 18 Juli 2024 | 07:05

American College of Rheumatology - Reactive Arthritis (2021). Retrieved 28 January 2023, from https://www.rheumatology.org/I-Am-A/Patient-Caregiver/Diseases-Conditions/Reactive-Arthritis

John Hopkins Medicine - Reactive Arthritis (2021). Retrieved 28 January 2023, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/arthritis/reactive-arthritis

Mayo Clinic - Reactive Arthritis (2022). Retrieved 28 January 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/reactive-arthritis/diagnosis-treatment/drc-20354843

National Healthcare Services - Reactive Arthritis (2021). Retrieved 28 January 2023, from https://www.nhs.uk/conditions/reactive-arthritis/

 

Cheeti A, Chakraborty RK, Ramphul K. Reactive Arthritis. [Updated 2022 Jun 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499831/